watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

BERCINTA DGN ISTRI ORANG

Sebelum memulai ceritaku, aku akan
memberikan sedikit gambaran mengenai diriku.
Namaku adalah Ivan, bekerja sebagai karyawan
swasta asing di kawasan Sudirman, Jakarta. Aku
adalah seorang pria berusia 29 tahun, aku
keturunan chinese, wajahku lumayan ganteng,
kulitku putih bersih. Tinggiku 165 cm dan berat
badanku 70 kg, sedikit kumis menghiasi bibirku.
Kejadian ini adalah sebagian dari kisah nyataku,
yang terjadi kurang lebih 4 tahun yang lalu.
Terus terang, aku sangat menyukai wanita yang
berusia 30-40 tahun, dengan kulit mulus. Bagiku
wanita ini sangat menarik, apalagi jika ‘jam
terbangnya’ sudah tinggi, sehingga pandai dalam
bercinta. Namun sebagai pegawai swasta yang
bekerja, aku memiliki keterbatasan waktu, tidak
mudah bagiku untuk mencari wanita tersebut.
Hal ini yang mendorong aku untuk
mengiklankan diriku pada sebuah surat kabar
berbahasa Inggris, untuk menawarkan jasa ‘full
body massage’. Uang bagiku tidak masalah,
karena aku berasal dari keluarga menengah dan
gajiku cukup, namun kepuasan yang ku dapat
jauh dari itu. Sehingga aku tidak memasang tarif
untuk jasaku itu, diberi berapapun kuterima.
Sepanjang hari itu, sejak iklanku terbit banyak
respon yang kudapat, sebagian dari mereka
hanya iseng belaka, atau hanya ingin ngobrol. Di
sore hari, kurang lebih pukul 18.00 seorang
wanita menelponku.
“Hallo dengan Ivan?” suara merdu terdengar dari
sana.
“Ya saya sendiri” jawabku.
Dan seterusnya dia mulai menanyakan ciri-ciriku.
Selanjutnya, “Eh ngomong-ngomong, berapa
sich panjangnya kamu punya?” katanya.
“Yah normal sajalah sekitar 18 cm dengan
diameter 6 cm.” jawabku.
“Wah lumayan juga yach, lalu apakah jasa kamu
ini termasuk semuanya,” lanjutnya.
“Apa saja yang kamu butuhkan, kamu pasti
puas dech..” jawabku. Dan yang agak
mengejutkan adalah bahwa dia meminta
kesediaanku untuk melakukannya dengan
ditonton suaminya. Namun kurasa, wah ini
pengalaman baru buatku.
Akhirnya dia memintaku untuk segera datang di
sebuah hotel “R” berbintang lima di kawasan
Sudirman, tak jauh dari kantorku. Aku menduga
bahwa pasangan ini bukanlah sembarang orang,
yang mampu membayar tarif hotel semahal itu.
Dan benar dugaanku, sebuah president suite
room telah ada di hadapanku. Segera
kubunyikan bel di depan kamarnya. Dan seorang
pria, dengan mengenakan kimono, berusia tak
lebih dari 40 tahun membukakan pintu untukku.
“Ivan?” katanya.
“Ya saya Ivan,” jawabku. Lalu ia mencermatiku
dari atas hingga bawah sebelum ia
mempersilakan aku masuk ke dalam. Pasti dia
tidak ingin sembarang orang menyentuh
istrinya, pikirku.
“OK, masuklah” katanya. Kamar itu begitu luas
dan gelap sekali. Aku memandang sekeliling,
sebuah TV berukuran 52″ sedang
memperlihatkan blue film.
Lalu aku memandang ke arah tempat tidur.
Seorang wanita yang kutaksir umurnya tak lebih
dari 30 tahun berbaring di atas tempat tidur,
badannya dimasukkan ke dalam bed cover
tersenyum padaku sambil menjulurkan
tangannya untuk menyalamiku. “Kamu pasti
Ivan khan? Kenalkan saya Donna” katanya
lembut.
Aku terpana melihatnya, rambutnya sebahu
berwarna pirang, kulitnya mulus sekali,
wajahnya cantik, pokoknya perfect! Aku masih
terpana dan menahan liurku, ketika dia berkata
“Lho kok bingung sich”.
“Akh enggak…” kataku sambil membalas
salamnya.
“Kamu mandi dulu dech biar segar, tuch di
kamar mandi,” katanya.
“Oke tunggu yach sebentar,” jawabku sambil
melangkah ke kamar mandi. Sementara,
suaminya hanya menyaksikan dari sofa
dikegelapan. Cepat-cepat kubersihkan badanku
biar wangi. Dan segera setelah itu kukenakan
celana pendek dan kaos.
Aku melangkah keluar, “Yuk kita mulai,” katanya.
Dengan sedikit gugup aku menghampiri tempat
tidurnya. Dan dengan bodohnya aku bertanya,
“Boleh aku lepaskan pakaianku?”, dia tertawa kecil
dan menjawab, “terserah kau saja…”.
Segera kulepaskan pakaianku, dia terbelalak
melihatku dalam keadaan polos, “Ahk… ehm…”
dan segera mengajakku masuk ke dalam bed
cover juga. “Kamu cantik sekali Donna” kataku
lirih.
Aku tak habis pikir ada wanita secantik ini yang
pernah kulihat dan suaminya memperbolehkan
orang lain menjamahnya, ah.. betapa
beruntungnya aku ini. “Ah kamu bisa saja,” kata
Donna.
Segera aku masuk ke dalam bed cover, kuteliti
tubuhnya satu persatu. Kedua bulatan
payudaranya yang cukup besar dan berwarna
putih terlihat menggantung dengan indahnya,
diantara keremangan aku masih dapat melihat
dengan sangat jelas betapa indah kedua bongkah
susunya yang kelihatan begitu sangat montok
dan kencang. Samar kulihat kedua puting
mungilnya yang berwarna merah kecoklatan.
“Yaa aammpuunn…” bisikku lirih tanpa sadar, “Ia
benar-benar sempurna” kataku dalam hati.
“Van…” bisik Tante Donna di telingaku.
Aku menoleh dan terjengah. Ya Ampuun, wajah
cantiknya itu begitu dekat sekali dengan wajahku.
Hembusan nafasnya yang hangat sampai begitu
terasa menerpa daguku. Kunikmati seluruh
keindahan bidadari di depanku ini, mulai dari
wajahnya yang cantik menawan, lekak-lekuk
tubuhnya yang begitu seksi dan montok,
bayangan bundar kedua buah payudaranya
yang besar dan kencang dengan kedua
putingnya yang lancip, perutnya yang ramping
dan pantatnya yang bulat padat bak gadis
remaja, pahanya yang seksi dan aah..,
kubayangkan betapa indah bukit kemaluannya
yang kelihatan begitu menonjol dari balik bed
cover. Hmm…, betapa nikmatnya nanti saat
batang kejantananku memasuki liang
kemaluannya yang sempit dan hangat, akan
kutumpahkan sebanyak mungkin air maniku ke
dalam liang kemaluannya sebagai bukti
kejantananku.
“Van… mulailah sayang…” bisik Tante Donna,
membuyarkan fantasi seks-ku padanya. Sorotan
kedua matanya yang sedikit sipit kelihatan begitu
sejuk dalam pandanganku, hidungnya yang
putih membangir mendengus pelan, dan
bibirnya yang ranum kemerahan terlihat basah
setengah terbuka, duh cantiknya. Kukecup
lembut bibir Tante Donna yang setengah
terbuka. Begitu terasa hangat dan lunak.
Kupejamkan kedua mataku menikmati
kelembutan bibir hangatnya, terasa manis.
Selama kurang lebih 10 detik aku mengulum
bibirnya, meresapi segala kehangatan dan
kelembutannya. Kuraih tubuh Tante Donna yang
masih berada di hadapanku dan kubawa kembali
ke dalam pelukanku.
“Apa yang dapat kau lakukan untukku Van…”
bisiknya lirih setengah kelihatan malu.
Kedua tanganku yang memeluk pinggangnya
erat, terasa sedikit gemetar memendam sejuta
rasa. Dan tanpa terasa jemari kedua tanganku
telah berada di atas pantatnya yang bulat. Mekal
dan padat. Lalu perlahan kuusap mesra sambil
kuberbisik, “Tante pasti tahu apa yang akan Ivan
lakukan… Ivan akan puaskan Tante sayang…”
bisikku pelan. Jiwaku telah terlanda nafsu.
Kuelus-elus seluruh tubuhnya, akhh… mulus
sekali, dengan sedikit gemas kuremas gemas
kedua belah pantatnya yang terasa kenyal padat
dari balik bed cover. “Oouuhh…” Tante Donna
mengeluh lirih.
Bagaimanapun juga anehnya aku saat itu masih
bisa menahan diri untuk tidak bersikap over atau
kasar terhadapnya, walau nafsu seks-ku saat itu
terasa sudah diubun-ubun namun aku ingin
sekali memberikan kelembutan dan kemesraan
kepadanya. Lalu dengan gemas aku kembali
melumat bibirnya. Kusedot dan kukulum bibir
hangatnya secara bergantian dengan mesra atas
dan bawah. Kecapan-kecapan kecil terdengar
begitu indah, seindah cumbuanku pada bibir
Tante Donna. Kedua jemari tanganku masih
mengusap-usap sembari sesekali meremas
pelan kedua belah pantatnya yang bulat pada
dan kenyal. Bibirnya yang terasa hangat dan
lunak berulang kali memagut bibirku sebelah
bawah dan aku membalasnya dengan memagut
bibirnya yang sebelah atas. ooh…, terasa begitu
nikmatnya. Dengusan pelan nafasnya beradu
dengan dengusan nafasku dan berulang kali pula
hidungnya yang kecil membangir beradu mesra
dengan hidungku. Kurasakan kedua lengan Tante
Donna telah melingkari leherku dan jemari
tangannya kurasakan mengusap mesra rambut
kepalaku.
Batang kejantananku terasa semakin besar
apalagi karena posisi tubuh kami yang saling
berpelukan erat membuat batang kejantananku
yang menonjol dari balik celanaku itu terjepit dan
menempel keras di perut Tante Donna yang
empuk, sejenak kemudian kulepaskan pagutan
bibirku pada bibir Tante Donna.
Wajahnya yang cantik tersenyum manis
padaku, kuturunkan wajahku sambil terus
menjulurkan lidah di permukaan perutnya terus
turun dan sampai di daerah yang paling kusukai,
wangi sekali baunya. Tak perlu ragu.
“Ohhh apa yang akan kau lakukan… akh…”
tanyanya sambil memejamkan mata menahan
kenikmatan yang dirasakannya. Beberapa saat
kemudian tangan itu malah mendorong kepalaku
semakin bawah dan.., “Nyam-nyam..” nikmat
sekali kemaluan Tante Donna. Oh, bukit kecil
yang berwarna merah merangsang birahiku.
Kusibakkan kedua bibir kemaluannya dan,
“Creeep…” ujung hidungku kupaksakan masuk
ke dalam celah kemaluan yang sudah sedari tadi
becek itu.
“Aaahh… kamu nakaal,” jeritnya cukup keras.
Terus terang kemaluannya adalah terindah yang
pernah kucicipi, bibir kemaluannya yang merah
merekah dengan bentuk yang gemuk dan lebar
itu membuatku semakin bernafsu saja. Bergiliran
kutarik kecil kedua belah bibir kemaluan itu
dengan mulutku. “Ooohh lidahmu.. oooh
nikmatnya Ivan…” lirih Tante Donna.
Sementara aku asyik menikmati bibir
kemaluannya, ia terus mendesah merasakan
kegelian, persis seorang gadis perawan yang
baru merasakan seks untuk pertama kali, kasihan
wanita ini dan betapa bodohnya suaminya yang
hanya memandangku dari kegelapan.
“Aahh.. sayang… Tante suka yang itu yaahh..
sedooot lagi dong sayang oooggghh,” ia mulai
banyak menggunakan kata sayang untuk
memanggilku. Sebuah panggilan yang
sepertinya terlalu mesra untuk tahap awal ini.
Lima menit kemudian… “Sayang.. Aku ingin
cicipi punya kamu juga,” katanya seperti
memintaku menghentikan tarian lidah di atas
kemaluannya.
“Ahh… baiklah Tante, sekarang giliran Tante,”
lanjutku kemudian berdiri mengangkang di atas
wajahnya yang masih berbaring. Tangannya
langsung meraih batang kemaluan besarku dan
sekejap terkejut menyadari ukurannya yang jauh
di atas rata-rata.
“Okh Van… indah sekali punyamu ini..” katanya
padaku, lidahnya langsung menjulur kearah
kepala kemaluanku yang sudah sedari tadi
tegang dan amat keras itu.
“Mungkin ini nggak akan cukup kalau masuk di..
aah mm… ngggmm,” belum lagi kata-kata
isengnya keluar aku sudah menghunjamkan
burungku kearah mulutnya dan, “Crooop..”
langsung memenuhi rongganya yang mungil
itu. Matanya menatapku dengan pandangan
lucu, sementara aku sedang meringis merasakan
kegelian yang justru semakin membuat
senjataku tegang dan keras.
“Aduuuh enaak… ooohh enaknya Tante ooohh..”
sementara ia terus menyedot dan mengocok
batang kemaluanku keluar masuk mulutnya
yang kini tampak semakin sesak. Tangan
kananku meraih payudara besarnya yang
menggelayut bergoyang kesana kemari sembari
tangan sebelah kiriku memberi rabaan di
punggungnya yang halus itu. Sesekali ia
menggigit kecil kepala kemaluanku dalam
mulutnya, “Mm… hmmm…” hanya itu yang
keluar dari mulutnya, seiring telapak tanganku
yang meremas keras daging empuk di dadanya.
“Crop…” ia mengeluarkan kemaluanku dari
mulutnya. Aku langsung menyergap pinggulnya
dan lagi-lagi daerah selangkangan dengan bukit
berbulu itu kuserbu dan kusedot cairan mani
yang sepertinya sudah membanjir di bibir
kemaluannya.
“Aoouuuhh… Tante nggak tahan lagi sayang
ampuuun… Vannn… hh masukin sekarang juga,
ayooo..” pintanya sambil memegang pantatku.
Segera kuarahkan kemaluanku ke
selangkangannya yang tersibak di antara
pinggangku menempatkan posisi liang
kemaluannya yang terbuka lebar, pelan sekali
kutempelkan di bibir kemaluannya dan
mendorongnya perlahan, “Nggg… aa.. aa.. aa..
iii.. ooohh masuuuk… aduuuh besar sekali
sayang, ooohh…” ia merintih, wajahnya
memucat seperti orang yang terluka iris.
Aku tahu kalau itu adalah reaksi dari bibir
kemaluannya yang terlalu rapat untuk ukuran
burungku. Dan Tante Donna merupakan wanita
yang kesekian kalinya mengatakan hal yang
sama. Namun jujur saja, ia adalah wanita
setengah baya tercantik dan terseksi dari semua
wanita yang pernah kutiduri. Buah dadanya
yang membusung besar itu langsung kuhujani
dengan kecupan-kecupan pada kedua putingnya
secara bergiliran, sesekali aku juga berusaha
mengimbangi gerakan turun naiknya diatas
pinggangku dengan cara mengangkat-angkat
dan memiringkan pinggul hingga membuatnya
semakin bernafsu, namun tetap menjaga
ketahananku dengan menghunjamkan
kemaluanku pada setiap hitungan kelima.
Tangannya menekan-nekan kepalaku kearah
buah dadanya yang tersedot keras sementara
burungku terus keluar masuk semakin lancar
dalam liang senggamanya yang sudah terasa
banjir dan amat becek itu. Puting susunya yang
ternyata merupakan titik nikmatnya kugigit kecil
hingga wanita itu berteriak kecil merintih
menahan rasa nikmat sangat hebat, untung saja
kamar tidur tersebut terletak di lantai dua yang
cukup jauh untuk mendengar teriakan-teriakan
kami berdua. Puas memainkan kedua buah
dadanya, kedua tanganku meraih kepalanya dan
menariknya kearah wajahku, sampai disitu
mulut kami beradu, kami saling memainkan
lidah dalam rongga mulut secara bergiliran.
Setelah itu lidahku menjalar liar di pipinya naik
kearah kelopak matanya melumuri seluruh
wajah cantik itu, dan menggigit daun telinganya.
Genjotan pinggulnya semakin keras
menghantam pangkal pahaku, burungku
semakin terasa membentur dasar liang
senggama.
“Ooohh.. aa… aahh… aahh… mmhh geliii ooohh
enaknya, Vann… oooh,” desah Tante Donna.
“Yaahh enaak juga Tante.. ooohh rasanya nikmat
sekali, yaahh.. genjot yang keras Tante, nikmat
sekali seperti ini, ooohh enaakk… ooohh Tante
ooohh..” kata-kataku yang polos itu keluar begitu
saja tanpa kendali. Tanganku yang tadi berada di
atas kini beralih meremas bongkahan pantatnya
yang bahenol itu. Setiap ia menekan ke bawah
dan menghempaskan kemaluannya tertusuk
burungku, secara otomatis tanganku meremas
keras bongkahan pantatnya. Secara refleks pula
kemaluannya menjepit dan berdenyut seperti
menyedot batang kejantananku.
Hanya sepuluh menit setelah itu goyangan tubuh
Tante Donna terasa menegang, aku mengerti
kalau itu adalah gejala orgasme yang akan
segera diraihnya, “Vann… aahh aku nngaak…
nggak kuaat aahh.. aahh.. ooohh…”
“Taahaan Tante… tunggu saya dulu nggg.. oooh
enaknya Tante.. tahan dulu … jangan keluarin
dulu..” Tapi sia-sia saja, tubuh Tante Donna
menegang kaku, tangannya mencengkeram erat
di pundakku, dadanya menjauh dari wajahku
hingga kedua telapak tanganku semakin leluasa
memberikan remasan pada buah dadanya. Aku
sadar sulitnya menahan orgasme itu, hingga aku
meremas keras payudaranya untuk
memaksimalkan kenikmatan orgasme itu
padanya. “Ooo… nggg… aahh… sayang sayang..
sayang.. oooh enaak.. Tante kelauaar.. ooohh..
ooohh…” teriaknya panjang mengakhiri babak
permainan itu. Aku merasakan jepitan
kemaluannya disekeliling burungku mengeras
dan terasa mencengkeram erat sekali, desiran zat
cair kental terasa menyemprot enam kali di
dalam liang kemaluannya sampai sekitar sepuluh
detik kemudian ia mulai lemas dalam pelukanku.
Sementara itu makin kupercepat gerakanku,
makin terdengar dengan jelas suara gesekan
antara kemaluan saya dengan kemaluannya
yang telah dibasahi oleh cairan dari kemaluan
Tante Donna. “Aaakhh.. enakk!” desah Tante
Donna sedikit teriak.
“Tante.. saya mau keluar nich.. eeesshh..”
desahku pada Tante Donna.
“Keluarkanlah sayang.. eesshh..” jawabnya
sambil mendesah.
“Uuugghh.. aaaggh.. eeenak Tante..” teriakku
agak keras dengan bersamaannya spermaku
yang keluar dan menyembur di dalam kemaluan
Tante Donna.
“Hemm.. hemmm…” suara itu cukup
mengagetkanku. Ternyata suaminya yang sedari
tadi hanya menonton kini telah bangkit dan
melepas kimononya. “Sekarang giliranku, terima
kasih kau telah membangkitkanku kau boleh
meninggalkan kami sekarang,” katanya seraya
memberikan segepok uang padaku.
Aku segera memakai pakaianku, dan melangkah
keluar. Tante Donna mengantarkanku kepintu
sambil sambil menghadiahkanku sebuah
kecupan kecil, katanya “Terima kasih yach..
sekarang giliran suamiku, karena ia butuh
melihat permainanku dengan orang lain sebelum
ia melakukannya.”
“Terima kasih kembali, kalau Tante butuh saya
lagi hubungi saya saja,” jawabku sambil
membalas kecupannya dan melangkah keluar.
“Akh… betapa beruntungnya aku dapat ‘order’
melayani wanita seperti Tante Donna,” pikirku
puas. Ternyata ada juga suami yang rela
mengorbankan istrinya untuk digauli orang lain
untuk memenuhi hasratnya.


Adult | GO HOME | Exit
1/1420
U-ON

inc Powered by Xtgem.com